Bom Fosfor Putih Dan Sejarahnya Dalam Perang
Bom Fosfor Putih Dan Sejarahnya Dalam Perang
Bom Fosfor Putih Dan Sejarahnya Dalam Perang Yang Melanggar Hukum Internasional Dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan. Baru-baru ini di ketahui bahwa militer Israel menggunakan Bom Fosfor Putih terhadap serangan di Lebanon selatan pada 10 sampai 16 Oktober 2023 yang di temukan buktinya oleh Amnesty International. Senjata yang di larang itu di pakai selama konflik militer Zionis dengan Hizbullah. Bom Fosfor Putih adalah senjata yang menggunakan salah satu alotrop umum dari unsur kimia fosfor. Fosfor putih di gunakan dalam asap, penerangan, dan amunisi pembakar, dan biasanya merupakan elemen pembakaran amunisi pelacak. Nama umum lainnya untuk amunisi fosfor putih termasuk WP dan istilah slang Willie Pete dan Willie Peter, yang berasal dari William Peter, terjemahan alfabet fonetik huruf WP pada Perang Dunia II.
Fosfor putih bersifat piroforik atau terbakar jika terkena udara; terbakar habis; dan dapat menyulut kain, bahan bakar, amunisi, dan bahan mudah terbakar lainnya. Fosfor putih merupakan bahan penghasil asap yang sangat efisien, bereaksi dengan udara untuk menciptakan lautan uap fosfor pentoksida. Bom fosfor putih yang menciptakan asap sangat umum, apalagi untuk granat asap untuk infanteri, di buat dalam peluncuran granat pada pertahanan tank dan kendaraan berlapis baja, dan dalam jatah amunisi untuk mortir dan artileri. Ini menciptakan gumpalan asap untuk menghalu posisi, pergerakan, tanda inframerah, dan juga posisi menembak pasukan lawan. Mereka sering di sebut peluru asap/penanda karena di gunakan untuk memberi tanda pada wilayah, seperti mortir ringan untuk memilih sasaran pengadu artileri.
Sejarah Bom Fosfor Putih
Sejarah Bom Fosfor Putih, Fosfor putih di gunakan pertama kali oleh pelaku pembakaran Fenian (nasionalis Irlandia) pada abad ke-19 dalam formulasi yang kemudian di kenal sebagai “api Fenian”. Fosfor berada dalam larutan karbon disulfida; saat karbon disulfida menguap, fosfor putih akan terbakar. Formula yang sama juga di gunakan dalam pembakaran di Australia. Angkatan Darat Inggris mengumumkan bom fosfor putih yang di buat oleh pabrik pertama mereka. Di buat pada akhir tahun 1916 selama masih berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Selama perang, bom mortir fosfor putih, peluru, roket, dan granat di gunakan secara luas oleh pasukan Amerika. Persemakmuran, dan, pada tingkat lebih rendah, pasukan Jepang, baik dalam peran penghasil asap maupun anti-personil.
Angkatan Udara Kerajaan yang berbasis di Irak juga menggunakan bom fosfor putih di Provinsi Anbar selama pemberontakan Irak tahun 1920. Di antara banyak kelompok sosial yang memprotes perang dan wajib militer pada saat itu, setidaknya satu, Pekerja Industri Dunia di Australia, menggunakan api Fenian. Pada tahun-tahun antar perang, Angkatan Darat AS berlatih menggunakan fosfor putih, dengan peluru artileri dan pemboman udara. Pada tahun 1940, ketika invasi Jerman ke Inggris tampaknya akan segera terjadi, perusahaan fosfor Albright dan Wilson memberi saran agar pemerintah Inggris memakai bahan yang hampir mirip dengan api Fenian dalam pembuatan beberapa senjata api yang berguna.
Satu-satunya yang di jatuhkan adalah bom, No. 76 atau bom Fosfor Pembakar Yang Khusus. Yang terbuat dari botol kaca yang berisi campuran yang terlihat mirip dengan api Fenian, di tambah sedikit lateks. Itu datang dalam dua versi, satu dengan tutup merah yang di maksudkan untuk di lempar dengan tangan. Kemudian botol yang sedikit lebih kuat dengan tutup hijau, di maksudkan untuk di luncurkan dari proyektor Northover, peluncur mentah 64 milimeter (2,5 in) yang menggunakan bubuk hitam sebagai sebuah propelan.
Di Gunakan Pada Abad Ke-20
Amunisi fosfor putih Di Gunakan Pada Abad Ke-20 secara luas oleh pasukan AS di Vietnam dan pasukan Rusia dalam Perang Chechnya Pertama dan Perang Chechnya Kedua. Granat fosfor putih di gunakan oleh AS di Vietnam untuk menghancurkan kompleks terowongan Viet Cong. Ini akan membakar semua oksigen dan mencekik tentara musuh yang berlindung di dalamnya. Tentara Inggris juga menggunakan granat fosfor putih secara ekstensif selama Perang Falklands. Untuk membersihkan posisi Argentina karena tanah gambut tempat mereka di bangun cenderung mengurangi dampak granat fragmentasi.
Pada bulan November 2004, selama Pertempuran Fallujah Kedua, wartawan Washington Post yang tergabung dalam Satuan Tugas 2-2, Tim Tempur Resimen 7 menyatakan bahwa mereka menyaksikan senjata artileri menembakkan proyektil fosfor putih, yang “menciptakan lapisan api yang tidak dapat di padamkan dengan air. Para pemberontak melaporkan di serang dengan zat yang melelehkan kulit mereka, suatu reaksi yang konsisten dengan luka bakar fosfor putih. Film dokumenter Fallujah, The Hidden Massacre, di produksi oleh RAI TV dan di rilis 8 November 2005. Memperlihatkan video dan foto yang mereka klaim sebagai kombatan Fallujah dan juga warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang tewas akibat luka bakar akibat fosfor putih selama penyerangan.
Pertempuran Fallujah Kedua. Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi bahwa pasukan AS telah menggunakan fosfor putih. Sebagai senjata pembakar di Fallujah, untuk mengusir kombatan dari posisi bertahan. Pada tanggal 22 November 2005, pemerintah Irak menyatakan akan menyelidiki penggunaan fosfor putih dalam pertempuran Fallujah. Profesor Paul Rodgers dari departemen studi perdamaian dan konflik Universitas Bradford. Mengatakan bahwa fosfor putih mungkin akan masuk dalam kategori senjata kimia jika di gunakan langsung terhadap manusia.
Di Gunakan Pasukan Israel
Di Gunakan Pasukan Israel, selama perang Lebanon tahun 2006, Israel mengatakan bahwa mereka telah memakai cangkang fosfor putih kepada sasaran militer di lapangan terbuka yang berada di Lebanon Selatan. Israel mengatakan bahwa penggunaan amunisi ini di izinkan berdasarkan konvensi internasional. Namun, Presiden Lebanon Émile Lahoud mengatakan bahwa peluru fosfor di gunakan untuk melawan warga sipil. Keluhan resmi Lebanon pertama tentang penggunaan fosfor datang dari Menteri Penerangan Ghazi Aridi. Amnesty International menuduh Israel menggunakan peluru artileri fosfor putih. Tanpa adanya pandang bulu dalam serangannya di Dhayra, Lebanon pada tanggal 16 Oktober 2023. Melukai sedikitnya sembilan warga sipil, dan hal itu melanggar hukum. Amnesty sedang menyelidiki hal ini dan potensi pelanggaran hukum humaniter internasional lainnya yang di lakukan oleh semua pihak di kawasan.
Pada tanggal 15 Januari 2009, markas besar Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kota Gaza. Di serang oleh peluru artileri fosfor putih IDF. IDF membakar palet bahan bantuan dan menyulut beberapa tangki penyimpanan bahan bakar yang besar. Pejabat senior pertahanan Israel menyatakan bahwa penembakan tersebut merupakan respons terhadap personel militer Israel yang di tembaki oleh pejuang Hamas yang berada di dekat markas besar PBB, dan di gunakan untuk merokok. Semburan udara dari cangkang fosfor putih Israel di atas Kota Gaza pada Perang 2008-2009. Setelah Pasukan Pertahanan Israel secara resmi menyangkal selama berbulan-bulan telah menggunakan fosfor putih selama perang. Pemerintah Israel merilis sebuah laporan pada bulan Juli 2009. Yang mengkonfirmasi bahwa IDF telah menggunakan fosfor putih baik dalam ledakan amunisi maupun proyektil asap. Ini melanggar hukum humaniter internasional dan tata cara berperang bila menggunakan Bom Fosfor Putih.