Dua Penalti Diks Belum Cukup: Garuda Kalah Dari Arab Saudi
Dua Penalti Diks Belum Cukup: Garuda Kalah Dari Arab Saudi

Dua Penalti Dari Kevin Diks Gagal, Dengan Hasil Kekalahan Ini Membuat Peluang Indonesia Untuk Melaju Ke Fase Selanjutnya Semakin Berat. Timnas Indonesia harus menelan kekalahan tipis 2–3 dari Arab Saudi dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang berlangsung di Stadion King Fahd, Riyadh, pada Kamis (9/10). Meski dua gol penalti dari Kevin Diks sempat membuka harapan, skuad Garuda gagal mempertahankan keunggulan dalam pertandingan penuh drama tersebut. Sejak menit awal, Indonesia tampil percaya diri. Tekanan tinggi yang di terapkan anak asuh Patrick Kluivert sempat membuahkan hasil ketika wasit menghadiahkan penalti usai pelanggaran terhadap Rafael Struick di kotak terlarang. Kevin Di ks, yang kini menjadi salah satu pemain andalan lini belakang, maju sebagai eksekutor dan sukses menaklukkan kiper Arab Saudi pada menit ke-11 Dua Penalti.
Namun keunggulan itu tak bertahan lama. Arab Saudi yang tampil agresif membalas lewat Saleh Abu Alshamat di menit ke-17. Momentum berbalik saat Feras Albrikan mencetak gol kedua untuk tuan rumah melalui titik putih di babak pertama. Di babak kedua, Albrikan kembali mencatatkan namanya di papan skor setelah memanfaatkan kelengahan pertahanan Indonesia.
Indonesia sempat memperkecil ketertinggalan melalui penalti kedua Kevin Diks di menit ke-76, tetapi usaha keras Garuda untuk menyamakan kedudukan tak membuahkan hasil hingga peluit panjang berbunyi. Drama semakin memanas ketika pemain Arab Saudi, Mohammed Kanno, mendapat kartu merah di masa injury time setelah pelanggaran keras terhadap Marselino Ferdinan. Usai pertandingan, pelatih Patrick Kluivert mengakui bahwa penyelesaian akhir masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi timnya. “Kami menciptakan beberapa peluang dari open play, tapi gagal menuntaskannya Dua Penalti.
Arab Saudi Tidak Langsung Menekan Dengan Tempo Tinggi.
Kemenangan Arab Saudi 3–2 atas Indonesia dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan hanya hasil dari keunggulan individu, tetapi juga buah dari strategi matang yang di terapkan oleh pelatih Roberto Mancini. Tim berjuluk Green Falcons itu menampilkan permainan di siplin dengan kombinasi penguasaan bola tinggi, pressing agresif, dan serangan balik yang mematikan strategi yang akhirnya membuat Indonesia kesulitan menjaga konsistensi permainan sepanjang laga.
Sejak awal pertandingan, Arab Saudi Tidak Langsung Menekan Dengan Tempo Tinggi. Mancini memilih untuk memanfaatkan pendekatan positional play menjaga struktur permainan dengan baik, membangun serangan dari lini belakang, dan menunggu celah dari pressing tinggi Indonesia. Begitu bola berhasil di rebut, mereka langsung mengalirkan bola cepat ke depan melalui sayap kanan yang dikawal oleh Feras Albrikan dan Saleh Alshamat. Dua pemain inilah yang menjadi kunci utama dalam membongkar pertahanan Indonesia.
Arab Saudi juga memanfaatkan keunggulan fisik dan kecepatan pemain sayapnya untuk menciptakan situasi satu lawan satu di area pertahanan Garuda. Pola ini terlihat jelas pada gol pertama dan kedua mereka. Setelah memancing pemain Indonesia naik untuk pressing, Saudi melakukan umpan terobosan cepat ke lini depan yang langsung menghasilkan peluang berbahaya. Strategi ini terbukti efektif, terutama karena pertahanan Indonesia sering terlambat melakukan transisi setelah kehilangan bola. Selain itu, lini tengah Arab Saudi tampil dominan dengan permainan sabar dan distribusi bola yang rapi. Gelandang mereka, Mohammed Kanno, menjadi otak permainan sebelum akhirnya di usir wasit di masa injury time. Ia berperan besar dalam mengatur tempo, memutus serangan Indonesia, dan mengalirkan bola ke sisi sayap. Kombinasi permainan di rect dan penguasaan bola membuat Indonesia sering terjebak dalam tekanan di wilayah sendiri.
Banyak Yang Memuji Ketenangan Dan Konsistensinya Dalam Mengeksekusi Dua Penalti Di Bawah Tekanan Tinggi
Kekalahan tipis Timnas Indonesia 2–3 dari Arab Saudi dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 memicu gelombang reaksi besar di media sosial. Di berbagai platform seperti X (Twitter), Instagram, hingga TikTok, ribuan warganet menumpahkan beragam emosi mulai dari rasa bangga atas perjuangan skuad Garuda hingga kritik terhadap strategi permainan yang di anggap belum maksimal. Sebagian besar warganet menyoroti penampilan impresif Kevin Diks yang mencetak dua gol dari titik putih. Banyak Yang Memuji Ketenangan Dan Konsistensinya Dalam Mengeksekusi Dua Penalti Di Bawah Tekanan Tinggi. “Kevin Diks luar biasa! Bek tapi bisa tampil seperti striker,” tulis akun @IndoFootballFans di X. Tak sedikit pula yang menyebutnya sebagai pemain paling berpengaruh di pertandingan tersebut.
Namun, di sisi lain, sejumlah netizen menyoroti lemahnya lini pertahanan indonesia dan kesalahan individu yang berujung pada gol-gol lawan. Mereka menilai skuad asuhan Patrick Kluivert masih perlu memperbaiki koordinasi di sektor belakang. “Lini tengah oke, tapi transisi ke belakang terlalu lambat. Arab Saudi dengan mudah menembusnya,” tulis akun @GarudaSpirit di kolom komentar unggahan PSSI.
Selain itu, isu mengenai keberanian dan mental bertanding juga menjadi topik hangat. Banyak yang merasa Indonesia sudah menunjukkan karakter pantang menyerah, terutama setelah tertinggal dua gol namun tetap berjuang hingga menit akhir. “Yang penting mentalnya sudah beda. Sekarang Garuda tidak takut lawan tim besar,” tulis seorang pengguna di TikTok yang videonya menampilkan momen Kevin Diks mencetak gol kedua. Ada pula sebagian netizen yang menyoroti keputusan wasit dalam memberikan penalti bagi Arab Saudi, yang dianggap kontroversial. Mereka merasa keputusan tersebut merugikan Indonesia dan mengubah arah pertandingan.
Transisi Permainan Dan Konsistensi Pressing Juga Menjadi Sorotan
Kekalahan 2–3 dari Arab Saudi dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 memberikan banyak pelajaran berharga bagi Timnas Indonesia. Meski menunjukkan semangat juang tinggi, pertandingan tersebut menyoroti sejumlah aspek yang perlu segera di benahi oleh pelatih Patrick Kluivert jika ingin Garuda tampil lebih kompetitif di level Asia. Aspek pertama yang paling mencolok adalah pertahanan. Lini belakang Indonesia terlihat belum solid, terutama dalam mengantisipasi pergerakan cepat pemain Arab Saudi. Koordinasi antarbek sering terlambat, sementara transisi dari menyerang ke bertahan memakan waktu terlalu lama. Situasi ini di manfaatkan oleh lawan untuk menciptakan peluang melalui serangan balik cepat. Indonesia perlu memperkuat komunikasi antarpemain bertahan dan memperbaiki posisi saat menghadapi serangan sayap maupun bola-bola mati.
Kedua, Transisi Permainan Dan Konsistensi Pressing Juga Menjadi Sorotan. Indonesia sempat tampil agresif di awal laga, tetapi intensitas pressing menurun drastis setelah pertengahan babak pertama. Hal ini memberi ruang bagi Saudi untuk mengendalikan tempo. Kluivert perlu menyiapkan strategi pressing yang lebih terstruktur agar pemain tidak cepat kelelahan, misalnya dengan menerapkan pressing zonal yang lebih efisien dan menjaga jarak antarlini tetap rapat.
Masalah berikutnya adalah penyelesaian akhir. Dua gol Indonesia lahir dari penalti, bukan dari skema open play. Ini menunjukkan bahwa tim masih kesulitan menciptakan peluang bersih dari permainan terbuka. Perlu peningkatan kreativitas di lini tengah, terutama dalam membangun serangan kombinasi cepat. Pemain seperti Marselino Ferdinan dan Rafael Struick bisa menjadi motor serangan jika di berikan kebebasan lebih untuk berkreasi Dua Penalti.