Syarat Perundingan Damai Di Ungkap Oleh Pemimpin Hamas Dengan Tujuan mengakhiri Serta Meredakan Perang Antara Palestina Dan Israel. Seperti yang kita ketahui bahwa perang yang terjadi antara Palestina dan Israel telah menelan banyak korban. Banyak anak-anak, orang dewasa maupun orang tua yang menjadi korban akibat peperangan ini. Peperangan yang terjadi ini menjadi perhatian seluruh dunia dan mengundang simpati para warganet dunia. Pasalnya di dalam peperangan ini di duga terdapat perlakuan genosida karena kelakuan Israel yang sangat “membabi buta” dan menggempur Gaza terus-terusan tanpa henti. Bahkan di ketahui bahwa tentara Israel tetap menggempur Gaza walaupun telah banyak tentara yang tewas. Pasalnya mereka ketakutan dengan ancaman dari kelompok Hamas.
Seruan damai di lontarkan oleh warganet di beberapa belahan negara dunia contohnya negara Indonesia yang sangat menggebu-gebu menggelar aksi keadilan untuk Palestina. Upaya pemboikotan produk-produk dari Perusahaan yang mendukung Israel juga telah di galakkan oleh para warganet dunia. Penggalangan dana juga di lakukan di mana-mana untuk turut membantu masyarakat Palestina yang sedang berada dalam kondisi memperihatinkan. Hal ini di karenakan aksi keji yang di lakukan tentara Israel kepada para warga Palestina yang di anggap telah menyalahi aturan dalam peperangan. Banyak korban dan bangunan yang telah runtuh di Gaza seperti rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, dan lain sebagainya. Di ketahui juga terdapat Rumah Sakit Indonesia di Gaza telah berhenti beroperasi karena banyaknya korban dan kurangnya pasokan peralatan medis. Lingkungan rumah warga Gaza juga tak luput dari serangan Israel. Israel juga telah membatasi pasokan makanan, air, bahan bakar maupun listrik di Gaza.
Oleh karena itulah Pemimpin Gaza memberikan syarat perundingan damai kepada Israel sebagai upaya mengentikan peperangan ini. Berikut fakta mengenai Israel yang bersikeras menggempur Gaza serta Syarat Perundingan Damai yang di ungkap oleh pemimpin Hamas.
Israel Terus-Terusan Menggempur Gaza Sehingga Adanya Syarat Perundingan Damai
Walaupun Israel telah kehilangan banyak tentara selama berperang, mereka tetap gencar dan enggan untuk menyudahi agresi ke Gaza, Palestina. Miri Eisin, Pakar keamanan yang dulunya pernah menjadi Kolonel IDF (Israel Defense Forces) menyatakan bahwa kehilangan pasukan tidak membuat Israel berhenti menyerang Gaza karena mereka di hantui dengan ketakutan. Ia juga mengatakan bahwa ancaman dari militer Hamas membuat mereka bersedia mengorbankan pasukan mereka dalam jumlah yang besar untuk menghancurkan Gaza. Terdapat banyak alasan Israel Terus-Terusan Menggempur Gaza Sehingga Adanya Syarat Perundingan Damai.
Di lansir dari Vox, latar belakang konflik Israel dan Palestina ini adalah keduanya ingin mendirikan negara di tanah yang sama. Israel pun di sebut-sebut menginginkan kota Yerusalem yang dianggap sangat suci bagi Muslim di Palestina maupun Yahudi di Israel.
Kemudian di lansir dari The Daily Sabah, salah satu tujuan Israel adalah memonopoli tanah Palestina dengan menghancurkan masyarakat Palestina. Tujuan ini jelas di nilai tidak praktis dan tidak dapat di capai. Lalu di ketahui juga bahwa Israel mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat. Peran Amerika Serikat sebagai pos terdepan untuk memajukan kepentingan Israel. Namun sebaliknya, banyak negara muslim yang mendukung kemerdekaan Palestina karena kepentingan regional mereka. Di ketahui sejak Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2017 yang lalu, Donald Trump menunjukkan dirinya pro dengan Israel. Hal ini tampak sangat jelas saat Kedutaan Amerika Serikat di Tel Aviv pindah ke Yerusalem. Kemudian baru-baru ini di ketahui Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat sekarang diam-diam menjual senjata senilai Rp10 Triliun kepada Israel.
Media Barat Perdana Menyaksikan Derita Masyarakat Gaza
Jurnalis CNN Atlanta mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung kondisi masyarakat yang memprihatinkan di Jalur Gaza Selatan, Palestina. CNN merupakan media dari Barat pertama yang mendapatkan kesempatan berkunjung serta meliput kondisi secara langsung di Gaza Selatan. CNN melaporkan dari Rafah, banyak anak yang menjadi yatim piatu dalam sekejap akibat serangan brutal Israel. Salah satu anak yang di liput adalah Amir Taha yang baru berusia 20 bulan. Amir kehilangan ibu, ayah, serta kedua kakaknya dan sekarang ia di rawat oleh bibinya. Bayi mungil itu mengalami luka di dahi dan bibirnya memar terkena serangan. Mirisnya, Amir di temukan dalam pelukan ibunya yang sedang terbaring di jalan. Anak sekecil itu tidak tahu dirinya sekarang sudah sebatang kara. Bibi Amir, Nehia Al-Qadra berkata “sekarang tinggal kami berdua dan Tuhan”.
Kemudian bibinya juga menceritakan bagaimana Amir yang sangat rindu dengan ayahnya dan sempat mencari-cari ayahnya. Ia juga sesekali melihat perawat yang mirip dengan ayahnya dan memanggilnya. Media CNN Barat meliput Amir di rumah sakit yang di bangun oleh Pemerintah Uni Emirat Arab yang berada di lapangan Rafah, Gaza Selatan. Sampah dan puing-puing bangunan yang hancur juga tak luput dari liputan CNN Atlanta. Mereka juga melihat orang-orang yang berada di jalanan seperti zombie di tengah pemboman yang tidak berhenti dan berlangsung terus menerus. Hal ini tentunya menimbulkan rasa simpati Media Barat Perdana Menyaksikan Derita Masyarakat Gaza.
Pemimpin Hamas Ungkap Syarat Perundingan Damai
Ismail Haniyeh selaku Kepala Biro Politik Kelompok Hamas baru-baru ini menyatakan syarat perundingan damai dengan Israel saat kondisi di Gaza sangat krisis dan semakin banyak menelan korban. Pimpinan Hamas Ungkap Syarat Perundingan Damai juga menegaskan bahwa Hamas siap berdiskusi mengenai inisiatif atau pengaturan apapun agar dapat tercapainya gencatan senjata. Perundingan damai ini bertujuan untuk menghentikan agresi yang di lakukan oleh Israel. Haniyeh juga menuturkan bahwa pengaturan apapun tentang masa depan Gaza tidak akan tercapai tanpa Hamas. Termasuk dalam hal pengaturan politik pasca agresi. Kemudian Ismail Haniyeh juga menyatakan bahwa Hamas bersedia melakukan pembicaraan yang mengarah ke jalur politik dengan tetap menjamin hak-hak masyarakat Palestina atas negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Kemudian Ismail Haniyeh juga menerima dengan baik resolusi Majelis Umum PBB yang menuntut di segerakannya gencatan senjata di Jalur Gaza. Pernyataan yang di kemukakan Pemimpin Hamas di keluarkan beberapa hari setelah Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa Gaza berada di bawah kontrol militer Israel setelah agresi berakhir. Dalam rapat tertutupnya dengan parlemen Knesset beberapa waktu yang lalu, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus meluncurkan agresinya sampai kelompok Hamas kalah.
Sebelumnya Hamas dan Israel sudah sepakat melakukan gencatan senjata pada 24 November sampai 30 November. Ketika gencatan senjata para sandera yang di tahan di Gaza maupun Israel di bebaskan dan kembali ke asalnya masing-masing. Namun, ketika gencatan senjata selesai, Israel tetap melanjutkan serangannya ke Palestina.
Serangan Israel semakin menambah korban jiwa di pasukannya sendiri maupun di daerah jalur Gaza. Oleh karena itu Pimpinan Hamas dan seluruh pihak yang terkait mengupayakan di segerakannya Syarat Perundingan Damai.