![Pemilihan Umum 2024](https://vivanews24.com/wp-content/uploads/2023/11/652d020ab7062.jpg)
Pemilihan Presiden 2024 Di Sebut Sebagai Drama Korea Oleh Jokowi Hal Ini Karna Terlalu Banyak Bumbu Sinetron Dalam Proses Pilpres. Komentar terbaru Presiden Jokowi telah memicu perbincangan di kalangan masyarakat. Jokowi, melalui komentar yang di lansir dari kompas.com, menyoroti adanya aspek dramatis dalam proses Pemilihan Presiden 2024. Mengibaratkannya dengan serial drama Korea yang populer. Dalam diskusi publik, perhatian cenderung tertuju pada figur utama yang terlibat dalam pemilihan. Namun, substansi yang berkaitan dengan visi, misi, dan program dari bakal calon presiden dan wakil presiden sering kali terabaikan. Diskusi belum sepenuhnya menyoroti dokumen dan isi substansial terkait. Mungkin di sebabkan oleh tahapan pencalonan yang masih berlangsung dan belum masuk ke tahap kampanye formal.
Keterbatasan pembahasan tentang aspek substansial Pilpres mungkin juga karena minimnya minat dari publik Indonesia terhadap aspek-aspek tersebut. Dokumen visi, misi, dan program sering kali di anggap sebagai janji politik belaka oleh sebagian masyarakat tanpa realisasi. Masyarakat Indonesia memiliki pengalaman dengan janji politik sebatas retorika tanpa implementasi nyata. Kesadaran akan pentingnya fokus pada substansi dari visi, misi, dan program menjadi semakin penting dalam diskusi publik mengenai Pilpres. Namun, hingga saat ini, pembahasan yang terfokus pada hal ini masih tergolong minim.
Partisipasi publik dalam mengevaluasi substansi dari para calon pemimpin menjadi esensi yang semakin penting dalam menentukan arah masa depan bangsa. Pernyataan Presiden Jokowi tampaknya penting untuk mendorong adanya lebih banyak ruang dalam diskusi untuk membawa konteks Pemilihan Presiden 2024 pada tingkat perdebatan yang lebih bermakna. Kesadaran akan pentingnya substansi dalam visi, misi, dan program calon pemimpin merupakan kunci untuk memastikan keberlanjutan pembangunan dan kebijakan yang berkelanjutan bagi Indonesia ke depannya.
Pemilihan Banyak Plot
Perhelatan Pemilihan Presiden 2024 telah mencapai babak pendaftaran pasangan calon. Menciptakan sebuah narasi yang menarik dan begitu memikat. Dalam pandangan sebagian masyarakat, perjalanan ini seolah menjadi sebuah kisah dramatisdi gadang sebagai Pemilihan Banyak Plot. Daya tariknya telah mencapai titik di mana ada spekulasi bahwa cerita ini mungkin saja menjadi inspirasi untuk diangkat menjadi sebuah drama sinetron sungguhan. Sorotlah karakter-karakter yang hadir dalam panggung politik ini. Keterlibatan mereka bukanlah sembarangan, melainkan melibatkan sebagian besar tokoh-tokoh berpengaruh dalam politik tanah air. Baik sebagai pemain utama atau sekadar figur pendukung. Nama-nama seperti Jokowi, Megawati Soekarnoputri, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anwar Usman, Puan Maharani, Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, Hasto Kristiyanto, Surya Paloh, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan sejumlah tokoh terkenal lainnya terlibat dalam peta politik saat ini.
Persaingan untuk merebut kursi kekuasaan dan intrik-intrik di dalamnya senantiasa mengundang perhatian dari segi dramaturgi. Banyaknya drama Korea yang di gemari di Indonesia memiliki tema seputar politik dan kekuasaan, sejalan dengan intrik Pilpres 2024. Rangkaian peristiwa dari satu momen ke momen lainnya dalam Pilpres di penuhi dengan ketegangan yang tak pernah reda. Sebagai penonton, masyarakat di hadapkan pada ketegangan yang mengharuskan mereka menebak dan mengantisipasi babak berikutnya.
Lebih menariknya lagi, penonton juga merasakan kegelisahan yang terbawa dalam cerita politik ini. Bahkan terlibat secara langsung dalam panggung politik. Sebagai contoh, melalui laporan dari kompas.com, kehadiran Goenawan Mohamad (GM), seorang sastrawan dan jurnalis senior. Terlihat menangis di hadapan Rosianna Silalah dalam acara ROSI yang disiarkan oleh KompasTV beberapa waktu lalu. Partisipasi GM dalam acara tersebut bisa di anggap sebagai peran seorang aktor, meskipun hanya sebagai figur pendukung. Awalnya GM adalah seorang penonton, namun keterlibatannya terhanyut dalam dinamika konflik politik, turut serta menganyam cerita dan merasakan emosi yang terlibat di dalamnya.