Kampung Korea Di Sulawesi Yang Sangat Unik

Kampung Korea Di Sulawesi Yang Sangat Unik
Kampung Korea Di Sulawesi Yang Sangat Unik
Kampung Korea Di Sulawesi Yang Sangat Unik

Kampung Korea Terdapat Di Sulawesi Tepatnya Di Baubau Sulawesi Tenggara Yang Menggunakan Aksara Hangeul Dari Korea. Apakah kamu pernah mendengar adanya Kampung Inggris yang terletak di Kediri? Di kampung ini banyak masyarakat yang berbicara fasih dengan menggunakan Bahasa Inggris. Kampung ini hampit sama halnya dengan Kampung Korea yang terletak di Pulau Buton, Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Zaman sekarang ini banyak masyarakat di seluruh dunia yang terkena “demam” Korea atau yang biasa kita kenal dengan sebutan K-Pop. Masyarakat Indonesia pun tak luput dari adanya demam Korea sejak tahun 2011 yang lalu.

Banyak orang yang mulai mendengarkan musik, mengikuti tren fashion, menonton film Korea dan lain-lain yang berkaitan dengan Korea. Kemudian maraknya Boyband dan Girlband yang ada di Korea juga menjadi konsumsi masyarakat di dunia yang terkagum-kagum dengan pesona Boyand dan Girlband asal Korea. Budaya dari Negara Ginseng ini juga di konsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Maka dari itu, tak jarang juka sudah banyak barang-barang yang berbau Korea di mana-mana. Mulai dari album musik hingga makanan asal Korea sudah banyak terdapat di Indonesia. Makanan khas Korea juga sudah mulai banyak terdapat di Indonesia dan di jadikan sebagai inspirasi berjualan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini biasanya di sebut dengan Hallyu. Istilah Hallyu sendiri memiliki arti yang merujuk pada orang-orang di negara-negara tersebut yang menggemari dan mempelajari kebudayaan serta bahasa Korea.

Desa Korea yang berada di Baubau ini cukup unik karena masyarakat di sana menggunakan aksara hangeul atau aksara Korea. Hal ini terlihat dari plang-plang yang memakai aksara Korea dalam penulisannya. Mulai dari plang sekolah sampai plang nama jalan terdapat aksara Korea di dalamnya. Desa ini pun di huni oleh orang-orang dengan etnis suku Cia-Cia. Suku ini cukup unik karena masyarakatnya menggunakan alfabet Korea.

Penasaran dengan keunikan kampung ini? Yuk simak penjelasan Kampung Korea Sulawesi Tenggara di bawah ini.

Kampung Korea Di Pulau Buton

Kampung Korea Di Pulau Buton sangat unik karena terletak di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Uniknya di desa ini semua nama jalan menggunakan aksara hangeul yang berasal dari Bahasa Korea. Hal ini dapat kita lihat saat berjalan di sekeliling desa di mana terdapat banyak plang nama jalan yang menggunakan aksara Korea. Kampung ini berada tepatnya di Kecamatan Sorawolio, yaitu bisa kita lewati jika melakukan perjalanan dari Kota Baubau menuju Kabupaten Buton. Jarak desa ini di ketahui berkisar 15 kilometer dari Kota Baubau. Nah di desa tersebut terdapat banyak penduduk yang merupakan Suku Laporo yang menggunakan bahasa daerah dengan nama Cia-Cia. Uniknya bahasa Cia-Cia ini memiliki kesamaan dengan aksara Korea.

Penggunaan Aksara Hangeul Di Desa

Penggunaan Aksara Hangeul Di Desa berawal dari kisah yang unik. Kampung ini di huni oleh masyarakat yang kebanyakan merupakan etnis suku Cia-Cia. Bahasa yang di gunakan dalam suku Cia-Cia memiliki persamaan dengan aksara Hangeul. Oleh karena itu, aksara Hangeul pada tahun 2009 yang lalu di putuskan untuk menjadi sistem tulisan bahasa suku Cia-Cia. Kemudian masyarakat suku Cia-Cia di ketahui hanya menggunakan abjad Korea saja dalam penulisan kata dalam bahasa Cia-Cia. Untuk bahasa sehari-hari dengan lisan, mereka tetap memakai Bahasa Indonesia.

Djunudin yang merupakan Tetua Adat Laporo Bugi mengatakan bahwa adanya orang Korea yang meneliti bahasa Cia-Cia Laporo. Para peneliti dari Korea tersebut menemukan adanya sedikit persamaan antara aksara Hangeul dengan bahasa Cia-Cia Laporo. Contohnya seperti nama lahan pertanian ataupun perabotan dapur yang ternyata hampir sama.

Kemudian di Tahun 2009, Pemerintahan Kota Baubau menerima aksara Korea atau Hangeul menjadi aksara penulisan dalam bahasa Cia-Cia. Penetapan ini di mulai dengan perubahan semua nama jalan di Kecamatan Sorawolio yang memakai aksara Korea atau Hangeul dengan arti kata dalam bahasa Cia-Cia. Tidak hanya itu, penulisan aksara Korea juga di tetapkan ke dalam kurikulum mata pelajaran di sekolah kampung ini.

Asal Usul Penggunaan Aksara Hangeul

Salah satu guru di Sekolah Dasar kampung ini mengatakan bahwa sejak tahun 2013, aksara Korea sudah mulai di gunakan dan di pelajari di sekolah. Bahkan pada jenjang pendidikan SMA terdapat Pelajaran Bahasa Korea. Penggunaan aksara Hangeul di ajarkan kepada siswa-siswi namun tetap dengan pengucapan dalam Bahasa Cia-Cia. Dalam penulisannya saja yang memakai aksara Korea yang di ambil menjadi bentuk aksara bahasa Cia-Cia. Hal ini di karenakan pada awalnya bahasa Cia-Cia tidak memiliki aksara dan ketika di cocokkan dengan aksara Hangeul memiliki kecocokan yang di rasa sesuai.

Maka dari itu para siswa siswi sekolah sedari SD sudah mulai mahir dalam menulis dengan aksara Hangeul. Hal ini bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Cia-Cia. Jangan sampai kedepannya generasi yang selanjutnya tidak lagi melestarikan bahasa Cia-Cia yang sangat unik ini.

Di ketahui bahwa Asal Usul Penggunaan Aksara Hangeul terjadi sekitar tahun 2000-an. Pada saat itu, MZ. Amirul Tamin yang merupakan Walikota Baubau mendapatkan ide ketika mendengar pernyataan Wakil Presiden pada masa itu yaitu Jusuf Kalla. Jusuf Kalla pada saat itu menyebutkan bahwa beberapa bahasa di Indonesia mempunyai kemungkinan akan punah. Salah satu penyebab bahasa daerah terancam punah yaitu di karenakan daerah minoritas tidak memiliki sistem penulisan dalam bahasa daerahnya. Padahal sistem penulisan sangat penting untuk mengabadikan pelafalan bahasa daerah itu sendiri. Hal ini di khawatirkan akan berdampak pada bahasa mayoritas yang lama kelamaan akan mengurangi pemakaian bahasa kaum minoritas tersebut.

Masuknya Aksara Hangeul Ke Dalam Kurikulum

Masuknya Aksara Hangeul Ke Dalam Kurikulum di mulai dari Pemerintah Kota Baubau yang sigap mencari aksara yang sesuai dengan bahasa Cia-Cia. Mulanya mereka mempertimbangkan aksara Arab seperti yang di gunakan pada bahasa Wolio yang merupakan bahasa yang sering di gunakan di Buton. Akan tetapi, beberapa bunyi konsonan dalam bahasa Cia-Cia tidak dapat di tulis memakai aksara Arab.

Kemudian di tahun 2005, Pemerintahan Kota Baubau bekerjasama dengan Manassa yaitu Masyarakat Pernaskahan Nusantara. Mereka melaksanakan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara di Kota Baubau. Terdapat juga guru besar Korea yang bernama Prof. Chun Thay Hyun yang melakukan penelitian di desa ini karena wilayah ini belum mempunyai aksara sendiri. Lalu setelah proses yang agak panjang, Pemerintah Kota Baubau mulai menyusun kurikulum muatan lokal dengan memasukkan bahasa Cia-Cia dengan abjad Korea. Bahkan di ketahui juga bahwa sempat di kirimkan guru-guru yang berasal dari Korea ke Baubau untuk mengajarkan aksara Hangeul. Pembelajaran mengenai aksara Hangeul pun di pelajari mulai dari SD sampai SMA. Nah sejak itulah nama Cia-Cia sangat populer baik di Korea, Jepang, Amerika maupun Inggris.

Oleh karena itu di harapkan Bahasa Cia-Cia tetap lestari dengan adanya aksara Hangeul untuk penulisannya. Semoga masyarakat tetap melestarikan penggunaan Bahasa Cia-Cia yag unik di Kota Baubau tepatnya di Kampung Korea.

Back To Top